KH. Usymuni Tarate adalah darah biru Pondok Pesantren Tarate Sumenep. Beliau sosok ulama' terkemuka dan disegani karena ke'aliman dan karomahnya. Walaupun berada di lingkungan dan merupakan bagian dari Majlis Keluarga Pesantren Tarate, beliau tidak turut serta menjadi pengasuh mengurus pondok pesantren, akan tetapi sebagai tokoh NU (Nahdlatul Ulama) beliau memberi wejangan kebaikan (mauidhah hasanah) dalam bentuk pengajian umum kitab Safinatun al-Naja, Sullamun al-Taufiq, Hadits al-Arba'ein dan lain sebagainya yang diadakan setiap hari Ahad di dalem (kediaman) beliau, dengan dihadiri oleh jama'ah dari berbagai pelosok wilayah Kab.Sumenep dan sekitarnya. Setelah KH. Usymuni wafat pada hari Selasa tanggal 27 Syawal 1402 H. bertepatan dengan 17 Agustus 1982 M, seluruh masyarakat umumnya dan Majlis keluarga Tarate khususnya merasa kehilangan sosok beliau, namun tiada satupun dari bani Usymuni yang mau mengganti dan meneruskan mengisi pengajian kumpulan Ahad (minggu)-an tersebut. Walaupun kegiatan kumpulan masih tetap dilangsungkan akan tetapi yang dilaksanakan hanya berupa silaturrahiem biasa dengan para jama'ah. Kurang lebih tiga bulan setelah beliau wafat, K. Maqsad Oezari putra KH. Usymuni meminta KH. Abdullah Cholil (menantu KH.Usymuni) untuk mengisi acara melanjutkan kegiatan kumpulan pengajian yang telah ditinggalkan KH. Usymuni. Namun tanpa mengurangi rasa hormat, KH. Abdullah Cholil tidak serta merta menerima permintaan tersebut karena selain sebagai orang baru di keluarga Tarate beliau juga merasa belum pantas menggantikan al- marhum KH. Usymuni, dan lagi pula masih ada putra dan menantu putra yang lain. Namun akhirnya atas desakan dari majelis keluarga, KH. Abdullah Cholil tidak bisa menolak amanah tersebut. Sejak itulah KH. Abdullah Cholil diperkenalkan pada jama'ah dan mulai mengisi kegiatan dengan acara tahlilan yang dilanjutkan dengan pengajian kitab kuning (salaf). Kegiatan masih terpelihara dan terus berjalan hingga saat ini.